CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »
Qt haRuZ 100% LULUS....Bravo...!!!! Tunjukin kalo Qt eman9 BISA !!!! JADILAH YG TERBAIK..

ILMU IKHLAS

yang lainnya semua saling terkoneksi menjadi satu dan saling tarik menarik dengan satu energi ikhlas yang memang hanya hanya satu. Itulah makna ikhlas yang maha luas, sebuah pemahaman yang di telah lama dicari oleh manusia-manusia di muka bumi ini, manusia-manusia yang selalu tertuntun dengan kesadaran tertingginya untuk memahami bahwa merekalah manusia-manusia yang diberikan karunia sebagi mahkluk yang memiliki derajat tertinggi di alam semesta ini. Dengan demikian salah satu kunci untuk membuka jalan menuju proses mencapai ilmu tertinggi adalah Ikhlas, yang sekaligus jalan menuju sebuah pengenalan jati diri kita sebagai manusia. Akhir dari tulisan sederhana dan tidak ada apa-apanya ini, saya hanya berharap kepada seluruh saudara-saudari yang saya muliakan, bagi yang sempat membacanya, untuk marilah kita menghayati makna totalitas keikhlasan dalam fenomena kehidupan ini dengan penuh penghayatan dan pengamalan. Sama seperti fenomena alur nafas kita yang keluar masuk sesuai dengan ritmenya, namun intinya mutlak ada dalam diri kta. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (al-Hasyr (59) : 18) (from:kompas)

Sabtu, 26 Juli 2008

PEMANCAR TELEVISI VHF DAN UHF

A. Kualitas Penerimaan Siaran Televisi

Besarnya signal penerimaan siaran televisi disuatu tempat dipengaruhi beberapa parameter dari stasiun pemancar yang meliputi antara lain :

1. Daya pancar
2. Gain dan sistem antena pemancar
3. Jarak lokasi pemancar dengan lokasi penerimaan
4. Frequency saluran yang digunakan
5. Gain dan antena sistem dari pesawat penerima
6. Profile chart antara antena pemancar dengan antena pesawat penerima
7. Ketinggian lokasi pemancar terhadap lokasi penerima

B. Daya Pancar

Kiranya semua orang tahu bahwa besarnya daya pancar, akan mempengaruhi besarnya signal penerimaan siaran televisi disuatu tempat tertentu pada jarak tertentu dari stasiun pemancar televisi. Semakin tinggi daya pancar semakin besar level kuat medan penerimaan siaran televisi. Namun demikina besarnya penerimaan siaran televisi tidak hanya dipengaruhi oleh besarnya daya pancar.

C. Gain Antena

Besarnya Gain antena dipengaruhi oleh jumlah dan susunan antena serta frequency yang digunakan. Antena pemancar UHF tidak mungkin digunakan untuk pemancar TV VHF dan sebaliknya, karena akan menimbulkan VSWR yang tinggi. Sedangkan antena penerima VHF dapat saja untuk menerima signal UHF dan sebaliknya, namun Gain antenanya akan sangat mengecil dari yang seharusnya.

D. Path Loss (redaman Ruang)

Path Loss dapat diartikan sebagai redaman propagasi, yaitu besarnya daya yang hilang dalam menempuh jarak tertentu. Besarnya redaman disamping ditentukan oleh kondisi alam seperti tidak adanya halangan antara pemancar dengan penerima dan kondisi altitude dari masing-masing lokasi maupun antara kedua lokasi, redaman sangat dipengaruhi oleh jarak antara pemancar dengan penerima dan frekwensi yang digunakan. Dengan tanpa memperhitungkan kondisi alam dan lokasi dimana pemancar dan penerima berada, besarnya Path Loss dapat dihitung dengan menggunakan rumus “Free Space Loss” sebagai berikut :

A pl(db) = +32,5(db) +(20 log D (km))(db) + (20 log F (Mhz))(db) 



E. Kebutuhan Daya Pancar

Besarnya daya pancar yang diperlukan untuk menjangkau sasaran pada jarak tertentu dipengaruhi antara lain oleh besarnya frekwensi, ketinggian antena pemancar dan antena penerima serta profile antara lokasi pemancar dengan lokasi penerima, serta besarnya level kuat medan yang diharapkan dapat diterima oleh pesawat penerima. Besarnya level kuat medan penerimaan siaran televisi untuk frekwensi band tertentu, CCIR/ ITU-R memberikan rekomendasi yang dapat digunakan sebagai referensi, namun demikina di setiap negara dapat saja memiliki kebijaksanaan tersendiri tentang kualitas penerimaan siaran televisi yang dikaitkan dengan persyaratan kuat medan minimum. Sampai saat ini di Indonesia belum ada kebijaksanaan khusus mengenai persyaratan minimum kuat medan pancaran siaran televisi yang harus dipenuhi untuk suatu penerimaan siaran televisi yang dianggap baik. Sementara itu, untuk kebutuhan perencanaan pengembangan perluasan jangkauan digunakan rekomendasi CCIR/ ITU-R sebagai acuan. Dibawah ini sebagai contoh disampaikan daftar kuat medan minimum menurut rekomendasi CCIR dan daftar kuat medan minimum yang digunakan oleh negara Australia.

CCIR417.JPG

TelecomAus.JPG

Untuk menganalisa perbedaan kebutuhan daya pancar antara pemancar VHF dengan UHF dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan propagasi gelombang pada “free space” ataupun menggunakan chart/ grafik propagasi yang disusun oleh CCIR serta dengan memegang variabel-variabel tertentu dalam kondisi yang sama. Pada kesempatan ini marilah kita lakukan perhitungan dengan menggunakan rumus propagasi gelombang pada “free space” dengan variabel-variabel yang dipegang tetap yaitu sebagai berikut :

1. Jarak pemancar dengan penerima = 20 Km
2. Antara pemancar dan penerima tidak ada halangan/ obstacle dan ketinggian antena pemancar dan penerima tidak diperhitungkan
3. Frekwensi VHF = 200Mhz dan UHF = 500Mhz
4. Pfs = Field strength untuk VHF = 75dbuV/m = -30dBm/Z = 50Ohm
5. Pfs = Field strength untuk UHF = 80dBuV/m = -27dBm/Z = 50Ohm 
6. Gant = Gain antena = 10dB
7. Po = power output pemancar

Po(db) = Pfs(db) – Gant(db) + 32,5(db) + (20logD(km))(db) + (20logF(Mhz))(db)

Dengan data sebagaimana tersebut diatas, dapat dihitung kebutuhan power output VHF yang dapat menjangkau sasaran sejauh 20Km adalah sebagai berikut :

Po(db) = Pfs(db) – Gant(db) + 32,5(db) + (20logD(km))(db) + (20logF(Mhz))(db) 

Po(db) = -32bdm – 10db + 32,5db + 20log20 + 20log200 

Po(db) = -32bdm – 10db + 32,5db + 26db + 46db 

Po(db) = 62,5 dbm = 2,5dbk = 1,8KW

Sedangkan untuk pemancar UHF diperlukan power output sebesar :

Po(db) = Pfs(db) – Gant(db) + 32,5(db) + (20logD(km))(db) + (20logF(Mhz))(db) 

Po(db) = -27bdm – 10db + 32,5db + 20log20 + 20log500 

Po(db) = -27bdm – 10db + 32,5db + 26db + 54db 

Po(db) = 75,5 dbm = 15,5dbk = 35KW 

Apabila dilakukan perhitungan dengan menggunakan grafik rumus propagasi gelombang pada “free space” dengan variable-variable yang dipegang tetap yaitu sebagai berikut :

1. Jarak pemancar dengan penerima = 20Km
2. Antara pemancar dan penerima tidak ada halangan/ obstacle
3. Ketinggian antena pemancar = 150meter, dan ketinggian antene penerima penerima = 10meter
4. Pfs = Field strength untuk VHF = 75dbuV/m = -32dBm/Z = 50Ohm
5. Pfs = Field strength untuk UHF = 80dBuV/m = -27dBm/Z = 50Ohm 
6. Gant = Gain antena = 10dB
7. Po = Power output pemancar

Dengan data sebagaimana tersebut diatas dan dengan menggunakan standard CCIR, besarnya daya pancar dapat dihitung sebagai berikut :

1. Perhitungan Daya Pancar Pemancar VHF,
Dengan menggunakan grafik pada gambar 1, dapat dijelsakan bahwa dengan 1 Kw atau 0dbk ERP pada jarak 20Km dengan ketinggian antena pemancar 150 meter dapat diperoleh field strength sebesar 63dbuV/m. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa untuk mendapatkan field strength sebesar 75dbuV/m pada jarak 20Km diperlukan ERP sebesar 12dBk dan dengan menggunakan antena pemancar dengan Gain 10dB, power output pemancar VHF yang diperlukan sebesar 2dBk atau 1,58KW

2. Perhitungan Daya Pancar Pemancar UHF,
Dengan menggunakan grafik pada gambar 2, dapat dijelaskan bahwa dengan 1 KW atau 0dbk ERP pada jarak 20Km denagn ketinggian antena pemancar 150 meter dapat diperoleh Field Strength sebesar 61dbuV/m. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa untuk mendapatkan field strength sebesar 19dbk, dan dengan menggunakan antena pemancar dengan Gain 10dB, power output pemancar UHF yang diperlukan adalah sebesar 9dbk atau 8KW Dari uraian tersebut diatas dapat disampaikan bahwa untuk mendapatkan kualitas penerimaan gambar dan suara yang baik pada jarak yang sama diperlukan daya pancar yang lebih tinggi apabila menggunakan pemancar UHF dari pada apabila menggunakan pemancar VHF.

F. Biaya Investasi

Penggunaan pemancar UHF untuk menjangkau daerah sasaran yang sama jauhnya, diperlukan biaya investasi yang jauh lebih besar daripada menggunakan pemancar VHF. Hal ini sangat wajar karena untuk menjangkau sasaran tertentu pemancar UHF memerlukan daya yang 3 s/d 5 kali lebih besar daripada daya pemancar VHF. G. Kualitas Kualitas hasil pencaran dari pemancar VHF dibandingkan dengan kualitas hasil pancaran dari pemancar UHF adalah sama asalkan keduanya memenuhi persyaratan dan spesifikasi yang telah ditentukan. Perbedaan yang mungkin terjadi tudak akan dapat dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga, tetapi hanya dapat diketahui dengan mengunakan alat ukur. Tidak adanya perbedaan kualitas penerimaan gambar dan suara dari pemancar televisi VHF dan UHF ini barangkali dapat ditanyakan kepada yang sempat melihat siaran televisi Singapore, Malaysia, Jepang ataupun Jerman, dimana perbedaan kualitas penerimaan siaran televisi VHF dan UHF tidak dapat di indentifikasi.

Berdasarkan peraturan internasional yang berkaitan dengan pengaturan penggunaan frekwensi (Radio Regulation) untuk penyiaran televisi pada pita frekwensi VHF dan UHF. Sesuai dengan sistem pertelevisian yang dianaut oleh indonesia yaitu CCIR B dan G maka penggunaan frekwensi tersebut telah diatur sebagai berikut :

VHF band I : saluran 2 dan 3
VHF band III : saluran 4 s/d 11
VHF band IV : saluran 21 s/d 37
VHF band V : saluran 38 s/d 70

Kebijaksanaan penggunaan pita frekwensi VHF untuk TVRI dan UHF untuk swasta pada saat itu dilakukan dengan beberapa pertimbangan yang menguntungkan negara sebagai berikut :

1. Jumlah saluran TV pada pita VHF yang jumlahnua hanya 10 saluran hampir seluruhnya telah digunakan untuk 200 stasiun pemancar terutama di pulau Jawa, maka pemancar TV swasta yang pertama dan berlokasi di Jakarata dialokasikan pada pita frekwensi UHF.
2. Pemancar VHF lebih ekonomis dan tidak berbeda kualitasnya dengan pemancar TV UHF sangat cocok unruk stasiun penyiaran pemerintah yang terbatas dana pembangunannya.
3. Kesinambungan pemeliharaan dan penggantian pemancar TVRI yang 70% adalah buatan LEN sangat didukung oleh hasil produksi LEN yang belum memproduksi pemancar UHF.
4. TVRI terus memperluas jangkauannya sampai ke pelosok tanah air dimana saat itu masih banyak masyarakat di daerah yang belum mampu membeli pesawat TV berwarna dan pada saat itu pesawat hitam putih hanya dapat menerima saluran VHF.

PEMANCAR TELEVISI VHF DAN UHF

A. Kualitas Penerimaan Siaran Televisi

Besarnya signal penerimaan siaran televisi disuatu tempat dipengaruhi beberapa parameter dari stasiun pemancar yang meliputi antara lain :

1. Daya pancar
2. Gain dan sistem antena pemancar
3. Jarak lokasi pemancar dengan lokasi penerimaan
4. Frequency saluran yang digunakan
5. Gain dan antena sistem dari pesawat penerima
6. Profile chart antara antena pemancar dengan antena pesawat penerima
7. Ketinggian lokasi pemancar terhadap lokasi penerima

B. Daya Pancar

Kiranya semua orang tahu bahwa besarnya daya pancar, akan mempengaruhi besarnya signal penerimaan siaran televisi disuatu tempat tertentu pada jarak tertentu dari stasiun pemancar televisi. Semakin tinggi daya pancar semakin besar level kuat medan penerimaan siaran televisi. Namun demikina besarnya penerimaan siaran televisi tidak hanya dipengaruhi oleh besarnya daya pancar.

C. Gain Antena

Besarnya Gain antena dipengaruhi oleh jumlah dan susunan antena serta frequency yang digunakan. Antena pemancar UHF tidak mungkin digunakan untuk pemancar TV VHF dan sebaliknya, karena akan menimbulkan VSWR yang tinggi. Sedangkan antena penerima VHF dapat saja untuk menerima signal UHF dan sebaliknya, namun Gain antenanya akan sangat mengecil dari yang seharusnya.

D. Path Loss (redaman Ruang)

Path Loss dapat diartikan sebagai redaman propagasi, yaitu besarnya daya yang hilang dalam menempuh jarak tertentu. Besarnya redaman disamping ditentukan oleh kondisi alam seperti tidak adanya halangan antara pemancar dengan penerima dan kondisi altitude dari masing-masing lokasi maupun antara kedua lokasi, redaman sangat dipengaruhi oleh jarak antara pemancar dengan penerima dan frekwensi yang digunakan. Dengan tanpa memperhitungkan kondisi alam dan lokasi dimana pemancar dan penerima berada, besarnya Path Loss dapat dihitung dengan menggunakan rumus “Free Space Loss” sebagai berikut :

A pl(db) = +32,5(db) +(20 log D (km))(db) + (20 log F (Mhz))(db) 



E. Kebutuhan Daya Pancar

Besarnya daya pancar yang diperlukan untuk menjangkau sasaran pada jarak tertentu dipengaruhi antara lain oleh besarnya frekwensi, ketinggian antena pemancar dan antena penerima serta profile antara lokasi pemancar dengan lokasi penerima, serta besarnya level kuat medan yang diharapkan dapat diterima oleh pesawat penerima. Besarnya level kuat medan penerimaan siaran televisi untuk frekwensi band tertentu, CCIR/ ITU-R memberikan rekomendasi yang dapat digunakan sebagai referensi, namun demikina di setiap negara dapat saja memiliki kebijaksanaan tersendiri tentang kualitas penerimaan siaran televisi yang dikaitkan dengan persyaratan kuat medan minimum. Sampai saat ini di Indonesia belum ada kebijaksanaan khusus mengenai persyaratan minimum kuat medan pancaran siaran televisi yang harus dipenuhi untuk suatu penerimaan siaran televisi yang dianggap baik. Sementara itu, untuk kebutuhan perencanaan pengembangan perluasan jangkauan digunakan rekomendasi CCIR/ ITU-R sebagai acuan. Dibawah ini sebagai contoh disampaikan daftar kuat medan minimum menurut rekomendasi CCIR dan daftar kuat medan minimum yang digunakan oleh negara Australia.

CCIR417.JPG

TelecomAus.JPG

Untuk menganalisa perbedaan kebutuhan daya pancar antara pemancar VHF dengan UHF dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan propagasi gelombang pada “free space” ataupun menggunakan chart/ grafik propagasi yang disusun oleh CCIR serta dengan memegang variabel-variabel tertentu dalam kondisi yang sama. Pada kesempatan ini marilah kita lakukan perhitungan dengan menggunakan rumus propagasi gelombang pada “free space” dengan variabel-variabel yang dipegang tetap yaitu sebagai berikut :

1. Jarak pemancar dengan penerima = 20 Km
2. Antara pemancar dan penerima tidak ada halangan/ obstacle dan ketinggian antena pemancar dan penerima tidak diperhitungkan
3. Frekwensi VHF = 200Mhz dan UHF = 500Mhz
4. Pfs = Field strength untuk VHF = 75dbuV/m = -30dBm/Z = 50Ohm
5. Pfs = Field strength untuk UHF = 80dBuV/m = -27dBm/Z = 50Ohm 
6. Gant = Gain antena = 10dB
7. Po = power output pemancar

Po(db) = Pfs(db) – Gant(db) + 32,5(db) + (20logD(km))(db) + (20logF(Mhz))(db)

Dengan data sebagaimana tersebut diatas, dapat dihitung kebutuhan power output VHF yang dapat menjangkau sasaran sejauh 20Km adalah sebagai berikut :

Po(db) = Pfs(db) – Gant(db) + 32,5(db) + (20logD(km))(db) + (20logF(Mhz))(db) 

Po(db) = -32bdm – 10db + 32,5db + 20log20 + 20log200 

Po(db) = -32bdm – 10db + 32,5db + 26db + 46db 

Po(db) = 62,5 dbm = 2,5dbk = 1,8KW

Sedangkan untuk pemancar UHF diperlukan power output sebesar :

Po(db) = Pfs(db) – Gant(db) + 32,5(db) + (20logD(km))(db) + (20logF(Mhz))(db) 

Po(db) = -27bdm – 10db + 32,5db + 20log20 + 20log500 

Po(db) = -27bdm – 10db + 32,5db + 26db + 54db 

Po(db) = 75,5 dbm = 15,5dbk = 35KW 

Apabila dilakukan perhitungan dengan menggunakan grafik rumus propagasi gelombang pada “free space” dengan variable-variable yang dipegang tetap yaitu sebagai berikut :

1. Jarak pemancar dengan penerima = 20Km
2. Antara pemancar dan penerima tidak ada halangan/ obstacle
3. Ketinggian antena pemancar = 150meter, dan ketinggian antene penerima penerima = 10meter
4. Pfs = Field strength untuk VHF = 75dbuV/m = -32dBm/Z = 50Ohm
5. Pfs = Field strength untuk UHF = 80dBuV/m = -27dBm/Z = 50Ohm 
6. Gant = Gain antena = 10dB
7. Po = Power output pemancar

Dengan data sebagaimana tersebut diatas dan dengan menggunakan standard CCIR, besarnya daya pancar dapat dihitung sebagai berikut :

1. Perhitungan Daya Pancar Pemancar VHF,
Dengan menggunakan grafik pada gambar 1, dapat dijelsakan bahwa dengan 1 Kw atau 0dbk ERP pada jarak 20Km dengan ketinggian antena pemancar 150 meter dapat diperoleh field strength sebesar 63dbuV/m. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa untuk mendapatkan field strength sebesar 75dbuV/m pada jarak 20Km diperlukan ERP sebesar 12dBk dan dengan menggunakan antena pemancar dengan Gain 10dB, power output pemancar VHF yang diperlukan sebesar 2dBk atau 1,58KW

2. Perhitungan Daya Pancar Pemancar UHF,
Dengan menggunakan grafik pada gambar 2, dapat dijelaskan bahwa dengan 1 KW atau 0dbk ERP pada jarak 20Km denagn ketinggian antena pemancar 150 meter dapat diperoleh Field Strength sebesar 61dbuV/m. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa untuk mendapatkan field strength sebesar 19dbk, dan dengan menggunakan antena pemancar dengan Gain 10dB, power output pemancar UHF yang diperlukan adalah sebesar 9dbk atau 8KW Dari uraian tersebut diatas dapat disampaikan bahwa untuk mendapatkan kualitas penerimaan gambar dan suara yang baik pada jarak yang sama diperlukan daya pancar yang lebih tinggi apabila menggunakan pemancar UHF dari pada apabila menggunakan pemancar VHF.

F. Biaya Investasi

Penggunaan pemancar UHF untuk menjangkau daerah sasaran yang sama jauhnya, diperlukan biaya investasi yang jauh lebih besar daripada menggunakan pemancar VHF. Hal ini sangat wajar karena untuk menjangkau sasaran tertentu pemancar UHF memerlukan daya yang 3 s/d 5 kali lebih besar daripada daya pemancar VHF. G. Kualitas Kualitas hasil pencaran dari pemancar VHF dibandingkan dengan kualitas hasil pancaran dari pemancar UHF adalah sama asalkan keduanya memenuhi persyaratan dan spesifikasi yang telah ditentukan. Perbedaan yang mungkin terjadi tudak akan dapat dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga, tetapi hanya dapat diketahui dengan mengunakan alat ukur. Tidak adanya perbedaan kualitas penerimaan gambar dan suara dari pemancar televisi VHF dan UHF ini barangkali dapat ditanyakan kepada yang sempat melihat siaran televisi Singapore, Malaysia, Jepang ataupun Jerman, dimana perbedaan kualitas penerimaan siaran televisi VHF dan UHF tidak dapat di indentifikasi.

Berdasarkan peraturan internasional yang berkaitan dengan pengaturan penggunaan frekwensi (Radio Regulation) untuk penyiaran televisi pada pita frekwensi VHF dan UHF. Sesuai dengan sistem pertelevisian yang dianaut oleh indonesia yaitu CCIR B dan G maka penggunaan frekwensi tersebut telah diatur sebagai berikut :

VHF band I : saluran 2 dan 3
VHF band III : saluran 4 s/d 11
VHF band IV : saluran 21 s/d 37
VHF band V : saluran 38 s/d 70

Kebijaksanaan penggunaan pita frekwensi VHF untuk TVRI dan UHF untuk swasta pada saat itu dilakukan dengan beberapa pertimbangan yang menguntungkan negara sebagai berikut :

1. Jumlah saluran TV pada pita VHF yang jumlahnua hanya 10 saluran hampir seluruhnya telah digunakan untuk 200 stasiun pemancar terutama di pulau Jawa, maka pemancar TV swasta yang pertama dan berlokasi di Jakarata dialokasikan pada pita frekwensi UHF.
2. Pemancar VHF lebih ekonomis dan tidak berbeda kualitasnya dengan pemancar TV UHF sangat cocok unruk stasiun penyiaran pemerintah yang terbatas dana pembangunannya.
3. Kesinambungan pemeliharaan dan penggantian pemancar TVRI yang 70% adalah buatan LEN sangat didukung oleh hasil produksi LEN yang belum memproduksi pemancar UHF.
4. TVRI terus memperluas jangkauannya sampai ke pelosok tanah air dimana saat itu masih banyak masyarakat di daerah yang belum mampu membeli pesawat TV berwarna dan pada saat itu pesawat hitam putih hanya dapat menerima saluran VHF.


HDTV dan Standar TV Dunia

HDTV adalah merupakan media komunikasi baru dan teknologinya
  masih dalam proses penggarapan yang sangat ramai, terutama pada awal
 dekade ini. Secara singkat sejarah perkembangan HDTV dimulai oleh
 Jepang yang dimotori oleh pusat riset dan pengembangan NHK (TVRI/RRI 
-nya Jepang) pada tahun 1968, kemudian diikuti oleh Masyarakat Eropa 
sebagai pembanding dan akhirnya Amerika Serikat menjadi kompetitor
 yang harus diperhitungkan. 
 Diperkirakan bahwa teknologi HDTV ini akan menjadi standar 
televisi masa depan, sehingga seorang peneliti senior dalam bidang 
sistem strategi dan manajemen Dr. Indu Singh meramalkan bahwa pasar
dunia untuk HDTV ini akan mencapai 250 billion dolar pertahun (tahun
2010). Untuk itu pada dekade tahun 1990 ini negara-negara maju telah
dan sedang berusaha agar bisa membuat teknologi tersebut sehingga
bisa menguasai pasar dunia (posisi strategis).
 Karena itu maka sekarang telah bermunculan berbagai standar,
yang satu sama lainnya saling berbeda. Yang menjadi persoalan 
sekarang adalah bagaimana sebaiknya bagi negara berkembang ?  

Sebelumnya marilah kita simak dulu pengertian dasar dari HDTV dan 
prasarat idealnya.

Apa itu HDTV ?

 HDTV dapat diartikan sebagai suatu sistem media komunikasi 
bergambar dan atau bersuara dengan tingkat kualitas ketajaman gambar 
(resolusi) yang sangat tinggi (hampir sama dengan kualitas film 35-mm)
 dan kualitas suaranya juga menyerupai CD (Compact Disk). Dalam hal
 ini teknologi pemrosesan sinyal dijital dan displai memberikan peran
 yang sangat penting. Diharapkan juga bahwa nantinya bisa melayani
 multi-bahasa dan multi media.

 Karena HDTV merupakan sistem komunikasi, maka seperti juga 
sistem komunikasi konvensional, untuk penyelenggaraannya memerlukan 
beberapa komponen dasar seperti pusat produksi (studio), 
pemroses/penyimpan. sistem transmisi dan pesawat penerima.  

Sistem Siaran Ideal
Untuk dapat menyelenggarakan sistem siaran HDTV baik secara nasional 
maupun global yang ideal, diperlukan beberapa kriteria antara lain 
sebagai berikut :
- Penggunaan sinyal standar yang sama (di dunia /dalam satu negara)
- Biaya pesawat penerima yang murah /terbeli oleh khalayak
- Kompatibel dengan sistem yang sudah ada 
- Bisa dihubungkan dengan media lain (multi-media)
- Dapat terjangkau secara meluas (aspek pemerataan)

Kompetisi Standar

 Disamping aspek pasar yang menggiurkan, dalam sistem penyele-
nggaran HDTV yang global mempunyai dampak yang luas pada bidang 
budaya, sosial politik sampai pada pertahanan. Karena itu 
negara-negara maju telah berlomba agar sistem yang mereka kembangkan 
itu nantinya dapat dipakai sebagai standar dunia (global). 
 Standar yang telah masuk dalam agenda rapat CCIR( badan inter-
nasional yang menangani standarisasi sistem penyiaran), baru dua 
yaitu MUSE (Jepang) dan HD-MAC (Eropa). Sementara itu Amerika Serikat
yang diatur oleh FCC (Komisi Komunikasi) sedang ditegangkan untuk 
memutuskan satu standar dari masing-masing team (konsorsium) yang 
sedang berkompetisi.
 Karena kepentingan masing-masing negara yang berbeda-beda 
apakah CCIR bisa memutuskan pemakain standar yang tunggal ? Pengalaman
 dari sistem TV konvensional yaitu adanya PAL/SECAM di Eropa & ASEAN, 
NTSC di Amerika dan Jepang, rasanya sulit CCIR untuk bisa memutuskan 
pemakaian tunggal sistem penyiaran HDTV ini. 

 Disamping itu juga ada badan standarisasi dibawah ISO yaitu 
MPEG (Kompas 25 April 1993, penulis yang sama) yang menangani 
standarisasi pengkodean dan pemampatan sinyal gambar bergerak. 
Untuk sinyal gambar dengan ketajaman tinggi (HDTV), sampai saat ini
 belum ada kesepakatan dan direncanakan diselesaikan pada tahun 1995.

Negara Berkembang

 Setiap negara tentu saja menginginkan bahwa negaranya bisa maju
 dalam segala hal, termasuk teknologi HDTV. Bagi negara maju yang 
infrastrukurnya sudah lengkap yang menjadi masalah penerapan adalah 
kompetisi. 

 Namun demikian bagaimana dengan negara berkembang yang 
infrastrukturnya masih terbatas (lihat idealisasi sistem siaran diatas)
, apakah mau menciptakan standar sendiri ataukah mengikuti standar yang
 sedang dikembangkan oleh bangsa maju dan kapankah HDTV tersebut layak 
diterapkan?
 Karena tingkatan teknologi HDTV yang ada sudah demikian maju ,
kemungkinan membuat standar sinyal sendiri hanyalah membuang waktu
dan dana. Namun demikian kalau mengikuti standar lain harus bagaimanakah? 


 Alangkah bijaksananya kalau negara berkembang bisa mempelajari
 sistem HDTV ini baik dari segi produksi, transmisinya, pesawat 
penerima bahkan sampai industri pembuatan komponen-komponen tersebut.
Karena tanpa bisa memproduksi , negara tesebut akan selalu bergantung.

 Pertanyaan berikutnya lalu standar mana yang harus dipakai ?  
MUSE, HD-MAC atau ADTV-nya Amerika.
  Untuk menjawab pertanyaan ini dan sekaligus menyelesaikan 
persoalan-persoalan idealisai sistem penyiaran diatas kiranya  
diperlukan strategi dan pentahapan yang terpadu. Karena teknologi HDTV 
tidak semata-mata teknologi televisi saja, maka demi keterpaduan sebaiknya 
di dalam pengkajian , maupun pengembangannya dilakukan oleh beberapa
instansi dan industri yang terkait, seperti Telekomunikasi (TELKOM), 
Perguruan Tinggi, Pengkajian Teknologi (BPPT,LIPI), Industri elektronika
(INTI, LEN,National, Elektrindo) , Kementrian Industri dan Perdagangan 
(Indag), dsb-nya. 
  Sebagai contoh keterpaduan yang dilakukan di Jepang untuk 
pengembangan industri televisi yang dimulai dekade 50. Dengan dimotori
 oleh Pusat Riset dan Pengembangan NHK, Jepang memaksa industri-
industri dalam negeri (SONY, Matsuhita, dll) untuk bisa memproduksi 
Televisi dan komponen terkait dengan orientasi mula pasar dalam negeri.

  Dengan dilaksanakan siaran secara langsung melalui media televisi 
upacara pernikahan kaisar (emperor) Akihito pada tahun 1959, 
meledaklah industri televisi di Jepang .
  Akhirnya seperti kita ketahui dengan baik bahwa Jepang telah 
bisa merajai teknologi televisi dan pasar dunia. , bahkan telah 
berhasil menayangkan program HDTV 8 jam sehari (mulai 25 Nopember 1991).
  Yang menjadi harapan Jepang selanjutnya adalah bahwa pasaran 
Hi- Vison-nya (HDTV) akan meledak pada pernikahan mahkota berikutnya
Naruhito dengan Masako Owada pada bulan Juni ini. Namun ini masih
menjadi pertanyaan karena harganya masih mahal (1.0 juta yen), sehingga
sampai akhir Mei ini jumlah pesawat penerimanya baru sekitar 10.000.
Para peneliti Jepang sedang berusaha habis-habisan untuk bisa mengeffisien-
kan komponen IC-nya sehingga diharapkan harganya menjadi murah.

 Contoh lain adalah Korea Selatan, mereka tidak terburu-buru 
mengadakan penyelenggaraan-nya disaat standar belum mapan,
namun yang mereka kejar adalah bagaiamana memproduksi HDTV untuk bisa
di ekspor, sehingga mereka mengirimkan ahli-ahli-nya yang bisa membu-
at HDTV ke Jepang , Eropa, Amerika. Kegiatan ini adalah merupakan konsorsium
dari pemerintah dan industri-industri terkait seperti Golden Star, Samsung ,
Daewo, Korean Telocom dsb-nya. 

 Proyek pengembangan produksi HDTV di Korea ini dimulai sejak tahun 
1989, dengan biaya 100 milyar won, 60 prosen diantara-nya dikeluarkan dari
kocek pemerintah. Target yang mereka harapkan adalah, konfigurasi dasar
(prototipe) akan selesai dilaksanakan pada tahun 1993, sedangkan secara 
ambisius pada tahun 1995 nanti bisa membuat produksi secara masal.
 
Kelihatannya sangat netral dan beralasan sekali ,saran seorang 
mantan peneliti dari NHK yang sekarang menjadi guru besar di salah 
satu perguruan tinggi di Jepang, yang menyatakan bahwa kalau negara 
berkembang ingin mengembangkan sistem siaran HDTV, maka yang perlu 
dibenahi dulu antara lain adalah , perbanyaklah ahli elektronika 
(pendidikan) dan yang terkait sehingga bisa membuat , menjalankan dan 
memasarkan industri elektronika secara mandiri. Menurut beliau kalau 
ini dikerjakan mulai sekarang dengan kerja keras (Gambate /bahasa 
Jepang), mudah-mudahan penyelenggaraan sistem siaran HDTV ini bisa 
dilaksanakan dalam kurun 10 tahun yang akan datang.

Sistem yang dipergunakan dalam televisi analog adalah NTSC (National Television System(s)) Committee, badan industri pembuat standar yang menciptakannya. Sistem ini sebagian besar diteraapkan di Amerika Serikat (AS) dan beberapa bagian Asia Timur, seperti: China/Tiongkok, Jepang, Korea Utara, Korea Selatan, Taiwan, Mongolia.

Sementara, sistem PAL (Phase-Alternating Line, phase alternation by line atau untuk phase alternation line). Dalam bahasa Indonesia: garis alternasi fase), adalah sebuah encoding berwarna digunakan dalam sistem televisi broadcast, digunakan di seluruh dunia. PAL dikembangkan di Jerman oleh Walter Bruch, yang bekerja di Telefunken, dan pertama kali diperkenalkan pada 1967.

Televisi digital (bahasa Inggris: Digital Television, DTV) adalah jenis TV yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyebarluaskan video, audio, dan signal data ke pesawat televisi. Televisi resolusi tinggi atau high-definition television (HDTV), yaitu: standar televisi digital internasional yang disiarkan dalam format 16:9 (TV biasa 4:3) dan surround-sound 5.1 Dolby Digital. Ia memiliki resolusi yang jauh lebih tinggi dari standar lama. Penonton melihat gambar berkontur jelas, dengan warna-warna matang, dan depth-of-field yang lebih luas daripada biasanya. HDTV memiliki jumlah pixel hingga 5 kali standar analog PAL yang digunakan di Indonesia.

Televisi kabel adalah sistem penyiaran acara televisi lewat frekuensi radio melalui serat optik atau kabel coaxial dan bukan lewat udara seperti siaran televisi biasa yang harus ditangkap antena. Selain acara televisi, acara radio FM, internet, dan telephon juga dapat disampaikan lewat kabel.

Prinsip Kerja Televisi 
Bagaimanakah Televisi Bekerja?
Sebelum kita mengetahui prinsip kerja pesawat televisi, ada baiknya kita mengetahui sedikit tentang perjalanan objek gambar yang biasa kita lihat di layar kaca. Gambar yang kita lihat di layar televisi adalah hasil produksi dari sebuah kamera
 

Objek gambar yang di tangkap lensa kamera akan dipisahkan berdasarkan tiga warna dasar, yaitu merah (R = red), hijau (B = blue). Hasil tersebut akan dipancarkan oleh pemancar televisi (transmiter). Pada sestem pemancar televisi, informasi visual yang kita lihat pada layar kaca pada awalnya di ubah dari objek gambar menjadi sinyal listrik. Sinyal listrik tersebut akan ditransmisikan oleh pemancar ke pesawat penerima (receiver) televisi.

PRINSIP KERJA TELEVISI
Pesawat televisi akan mengubah sinyal listrik yang di terima menjadi objek gambar utuh sesuai dengan objek yang ditranmisikan. Pada televisi hitam putih (monochrome), gambar yang di produksi akan membentuk warna gambar hitam dan putih dengan bayangan abu-abu. Pada pesawat televisi berwarna, semua warna alamiah yang telah dipisah ke dalam warna dasar R (red), G(green), dan B (blue) akan dicampur kembali pada rangkaian matriks warna untuk menghasilkan sinyal luminasi.
Selain gambar, juga membawa suara ?
Selain gambar, pemancar televisi juga membawa sinyal suara yang di tranmisikan bersama sinyal gambar. Penyiaran telavisi sebenarnya menyerupai suara sistem radio tetapi mencakup gambar dan suara. Sinyal suara di pancarkan oleh modulasi frekuensi (FM) pada suatu gelombang terpisah dalam satu saluran pemancar yang sama dengan sinyal gambar. Sinyal gambar termodulasi mirip dengan sistem pemancaran radio yang telah dikenal sebelumnya. Dalam kedua kasus ini, amplitudo sebuah gelombang pembawa frekuensi radio (RF) dibuat bervariasi terhadap tegangan pemodulasi.Modulasi adalah sinyal bidang frekuensi dasar (base band).
Modulasi frekuensi (FM) digunakan pada sinyal suara untuk meminimalisasikan atau menghindari derau (noise) dan interferensi. Sinyal suara FM dalam televisi pada dasarnya sama seperti pada penyiaran radio FM tetapi ayunan frekuensi maksimumnya bukan 75khz melainkan 25 khz.
Saluran dan Standar Pemancar Televisi
Kelompok frekuensi yang di tetapkan bagi sebuah stasiun pemancar untuk tranmisi sinyalnya disebut saluran (chenel). Masing-masing mempunyai sebuah saluran 6 mhz dalam salah satu bidang frekuensi (band) yang dialokasikan untuk penyiaran televisi komersial. 
VHF bidang frekuensi rendah saluran 2 sampai 6 dari 54 MHZ sampai 88 MHZ.
VHF bidang frekuensi tinggi saluran 7 sampai 13 dari 174 MHZ sampai 216 MHZ.
UHF saluran 14 sampai 83 dari 470 MHZ sampai 890 MHZ.
Sebagai contoh, saluran 3 disiarkan pada 60 MHZ sampai 66 MHZ. Sinyal pembawa RF untuk gambar dan suara keduanya termasuk di dalam tiap saluran tersebut.

JENIS-JENIS SISTEM TELEVISI
Sistem pemancar televisi yang kita kenal di antaranya:
NTSC (National Television System Committee)
PAL (Phases Alternating Line)
SECAM (Sequential Couleur a Memorie)
PALB
NTSC (National Television System Committee) digunakan di Amerika Serikat, sistem PAL (Phases Alternating Line) di gunakan di Inggris, sistem SECAM (Sequential Couleur a Memorie) digunakan di Perancis. Sementara itu, Indonesia sendiri menggunakan sistem PALB. Hal yang membedakan sistem tersebut adalah format gambar, jarak frekuensi pembawa dan pembawa suara. 

BAGIAN-BAGIAN TELEVISI
Rangkaian Catu Daya (Power Supply)
Rangkaian berfungsi untuk mengubah arus AC menjadi DC yang selanjutnya didistribusikan ke seluruh rangkaian. Rangkaian catu daya dibatasi oleh garis putih pada PCB dan daerah di dalam kotak merah. Daerah di dalam garis putih adalah rangkaian input yang merupakan daerah tegangan tinggi (live area). Sementara itu, daerah di dalam kotak merah adalah output catu daya yang selanjutnya mendistribusikan tegangan DC ke seluruh rangkaian TV. 
 

Rangkaian Penala (tuner)
Rangkaian ini terdiri dari penguat frekuensi tinggi ( penguat HF ), pencampur (mixer), dan osilator lokal.Rangkaian penala berfungsi untuk menerima sinyal masuk (gelombang TV) dari antena dan mengubahnya menjadi sinyal frekuensi IF.
 

Rangkaian penguat IF (Intermediate Frequency)
Rangkaian ini berfungsi sebagai penguat sinyal hingga 1.000 kali. Sinyal output yang dihasilkan penala ( tuner) merupakan sinyal yang lemah dan yang sangat tergantung pada pada sinyal pemancar, posisi penerima, dan bentang bentang alam. Rangkaian ini juga berguna untuk membuang gelombang lain yang tidak dibutuhkan dan meredam interferensi pelayanan gelombang pembawa suara yang mengganggu gambar. 
 

Rangkaian Detektor Video
Rangkaian ini berfungsi sebagai pendeteksi sinyal video komposit yang keluar dari penguat IF gambar. Selain itu, rangkaian ini berfungsi pula sebagai peredam seluruh sinyal yang mengganggu karena apabila ada sinyal lain yang masuk akan mengakibatkan buruknya kualitas gambar. Salah satu sinyal yang di redam adalah sinyal suara. 

Rangkaian Penguat Video
Rangkaian ini berfungsi sebagai penguat sinyal luminan yang berasal dari deteltor video sehingga dapat menjalankan layar kaca atau CRT (catode ray tube). Didalam rangkaian penguat video terdapat pula rangkaian ABL(automatic brightness level) atau pengatur kuat cahaya otomatis yang berfungsi untuk melindungi rangkaian tegangan tinggi dari tegangan muatan lebih yang disebabkan oleh kuat cahaya pada layar kaca.

Rangkaian AGC (Automatic Gain Control)
Rangkaian AGC berfungsi untuk mengatur penguatan input secara otomatis. Rangkaian ini akan menstabilkan sendiri input sinyal televisi yang berubah-ubah sehingga output yang dihasilkan menjadi konstan. 
 

Rangkaian Defleksi Sinkronisasi
Rangkaian ini terdiri dari empat blok, yaitu rangkaian sinkronisasi, rangkaian defleksi vertikal, rangkaian defleksi horizontal, dan rangkaian pembangkit tegangan tinggi. 


Rangkaian Audio
Suara yang kita dengar adalah hasil kerja dari rangkaian ini, sinyal pembawa IF suara akan dideteksi oleh modulator frekuensi (FM). Sebelumnya, sinyal ini dipisahkan dari sinyal pembawa gambar. 

 
JENIS-JENIS LAYAR TELEVISI

Tipe Layar Televisi CRT (catode ray tube)
Pada televisi jenis ini layar terlihat lebih cembung ketimbang jenis lainnya. Teknologi televisi dengan tabung CRT tergolong paling tua dan hingga saat ini terus digunakan dan dikembangkan. Walaupun telah muncul teknologi yang baru. Tabung CRT hanya berisi sebuah tabung sinar katoda (cathode-ray tube) sedang untuk perbandingannya, plasma terdiri dari satu juta tabung fluorescent berukuran sangat kecil. 

Tipe Layar Televisi Plasma
Dalam prinsipnya, layar plasma tersusun atas dua lembar kaca. Di antara keduanya diisi ribuan sel, yang ratusan di antaranya berisi gas xenon dan neon. Dua jenis elektroda panjang, address electrode dan transparent display electrode, direntangkan di antara lempengan kaca tersebut. Saat layar plasma dihidupkan, elektroda-elektroda yang saling berpotongan di atas sel itu diberi muatan listrik oleh komputer layar untuk mengionisasi gas dalam sel. Ini berlangsung ribuan kali dalam sepersekian detik. Arus listrik pun melewati gas di dalam sel dan menghasilkan aliran partikel bermuatan listrik yang cepat, yang merangsang atom gas tersebut melepaskan foton ultraviolet. 


Foton ultraviolet berinteraksi dengan fosfor
Kemudian, foton ultraviolet berinteraksi dengan fosfor yang akhirnya melepaskan energi di dalam bentuk sinar foton yang jelas. Setiap pixel tersusun atas tiga sel sub pixel yang terpisah, masing-masing dengan fosfor yang berbeda warna, yaitu; merah, hijau, biru yang akan bercampur menghasilkan warna pixel.
Untuk menyeragamkan kekuatan arus listrik yang mengalir melalui sel berbeda, sistem kontrolnya akan menambah atau mengurangi intensitas warna setiap sub pixel. Hal ini untuk menghasilkan ratusan kombinasi merah, hijau, dan biru yang berbeda. Dengan cara ini, sistem kontrol dapat menghasilkan warna dalam spektrum luas, sekira ada 16,77 juta warna bisa dihasilkan sebuah layar plasma. Inilah yang membuat tampilan gambar plasma sangat tajam dan jelas.

A.SEJARAH PENEMUAN TEKNOLOGI TELEVISI

Televisi analog mengkodekan informasi gambar dengan memvariasikan voltase dan/atau frekuensi dari sinyal. Seluruh sistem sebelum Televisi digital dapat dimasukan ke analog.
Sejarah Televisi
24 09 2007 

  
Pada tahun 1873 seorang operator telegram menemukan bahwa cahaya mempengaruhi resistansi elektris selenium. Ia menyadari itu bisa digunakan untuk mengubah cahaya kedalam arus listrik dengan menggunakan fotosel silenium (selenium photocell)
Kemudian piringan metal kecil berputar dengan lubang-lubang didalamnya ditemukan oleh seorang mahasiswa yang bernama Paul Nipkow di Berlin, Jerman pada tahun 1884 dan disebut sebagai cikal bakal lahirnya televisi. Sekitar tahun 1920 John Logie Baird dan Charles Francis Jenkins menggunakan piringan karya Paul Nipkow untuk menciptakan suatu sistem dalam penangkapan gambar, transmisi, serta penerimaannya. Mereka membuat seluruh sistem televisi ini berdasarkan sistem gerakan mekanik, baik dalam penyiaran maupun penerimaannya. Pada waktu itu belum ditemukan komponen listrik tabung hampa (Cathode Ray Tube)
 
   
Televisi elektronik agak tersendat perkembangannya pada tahun-tahun itu, lebih banyak disebabkan karena televisi mekanik lebih murah dan tahan banting. Bukan itu saja, tetapi juga sangat susah untuk mendapatkan dukungan finansial bagi riset TV elektronik ketika TV mekanik dianggap sudah mampu bekerja dengan sangat baiknya pada masa itu. Sampai akhirnya Vladimir Kosmo Zworykin dan Philo T. Farnsworth berhasil dengan TV elektroniknya. Dengan biaya yang murah dan hasil yang berjalan baik, orang-orang mulai melihat kemungkinan untuk
Vladimir Zworykin, yang merupakan salah satu dari beberapa pakar pada masa itu, mendapat bantuan dari David Sarnoff, Senior Vice President dari RCA (Radio Corporation of America). Sarnoff sudah banyak mencurahkan perhatian pada perkembangan TV mekanik, dan meramalkan TV elektronik akan mempunyai masa depan komersial yang lebih baik. Selain itu, Philo Farnsworth juga berhasil mendapatkan sponsor untuk mendukung idenya dan ikut berkompetisi dengan Vladimir.
 
TV ELEKTRONIK
Baik Farnsworth, maupun Zworykin, bekerja terpisah, dan keduanya berhasil dalam membuat kemajuan bagi TV secara komersial dengan biaya yang sangat terjangkau. Di tahun 1935, keduanya mulai memancarkan siaran dengan menggunakan sistem yang sepenuhnya elektronik. Kompetitor utama mereka adalah Baird Television, yang sudah terlebih dahulu melakukan siaran sejak 1928, dengan menggunakan sistem mekanik seluruhnya. Pada saat itu sangat sedikit orang yang mempunyai televisi, dan yang mereka punyai umumnya berkualitas seadanya. Pada masa itu ukuran layar TV hanya sekitar tiga sampai delapan inchi saja sehingga persaingan mekanik dan elektronik tidak begitu nyata, tetapi kompetisi itu ada disana.
 
TV RCA, Tipe TT5 1939, RCA dan Zworykin siap untuk program reguler televisinya, dan mereka mendemonstrasikan secara besar-besaran pada World Fair di New York. Antusias masyarakat yang begitu besar terhadap sistem elektronik ini, menyebabkan the National Television Standards Committee [NTSC], 1941, memutuskan sudah saatnya untuk menstandarisasikan sistem transmisi siaran televisi di Amerika. Lima bulan kemudian, seluruh stasiun televisi Amerika yang berjumlah 22 buah itu, sudah mengkonversikan sistemnya kedalam standard elektronik baru.
Pada tahun-tahun pertama, ketika sedang resesi ekonomi dunia, harga satu set televisi sangat mahal. Ketika harganya mulai turun, Amerika terlibat perang dunia ke dua. Setelah perang usai, televisi masuk dalam era emasnya. Sayangnya pada masa itu semua orang hanya dapat menyaksikannya dalam format warna hitam putih.
 
TV BERWARNA
Sebenarnya CBS sudah lebih dahulu membangun sistem warnanya beberapa tahun sebelum rivalnya, RCA. Tetapi sistem mereka tidak kompatibel dengan kebanyakan TV hitam putih diseluruh negara. CBS yang sudah mengeluarkan banyak sekali biaya untuk sistem warna mereka harus menyadari kenyataan bahwa pekerjaan mereka berakhir sia-sia. RCA yang belajar dari pengalaman CBS mulai membangun sistem warna menurut formatnya. Mereka dengan cepat membangun sistem warna yang mampu untuk diterima pada sistem warna dan sistem hitam putih. Setelah RCA memamerkan kemampuan sistem mereka, NTSC membakukannya untuk siaran komersial thn 1953.
Berpuluh tahun kemudian hingga awal milenium baru abad 21 ini, orang sudah biasa berbicara lewat telepon selular digital dan mengirim e-mail lewat jaringan komputer dunia, tetapi teknologi televisi pada intinya tetap sama. Tentu saja ada beberapa perkembangan seperti tata suara stereo dan warna yang lebih baik, tetapi tidak ada suatu lompatan besar yang mampu untuk menggoyang persepsi orang tentang televisi. Tetapi semuanya secara perlahan mulai berubah, televisi secara bertahap sudah memasuki era digital.

Perkembangan
Dalam penemuan televisi (tv), terdapat banyak pihak, penemu maupun inovator yang terlibat, baik perorangan maupun badan usaha. Televisi adalah karya massal yang dikembangkan dari tahun ke tahun. Awal dari televisi tentu tidak bisa dipisahkan dari penemuan dasar, hukum gelombang elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday (1831) yang merupakan awal dari era komunikasi elektronik.
  1876 - George Carey menciptakan selenium camera yang digambarkan dapat membuat seseorang melihat gelombang listrik. Belakangan, Eugen Goldstein menyebut tembakan gelombang sinar dalam tabung hampa itu dinamakan sebagai sinar katoda. 
  1884 - Paul Nipkov, Ilmuwan Jerman, berhasil mengirim gambar elektronik menggunakan kepingan logam yang disebut teleskop elektrik dengan resolusi 18 garis. 
  1888 - Freidrich Reinitzeer, ahli botani Austria, menemukan cairan kristal (liquid crystals), yang kelak menjadi bahan baku pembuatan LCD. Namun LCD baru dikembangkan sebagai layar 60 tahun kemudian. 
  1897 - Tabung Sinar Katoda (CRT) pertama diciptakan ilmuwan Jerman, Karl Ferdinand Braun. Ia membuat CRT dengan layar berpendar bila terkena sinar. Inilah yang menjadi dassar televisi layar tabung. 
  1900 - Istilah Televisi pertama kali dikemukakan Constatin Perskyl dari Rusia pada acara International Congress of Electricity yang pertama dalam Pameran Teknologi Dunia di Paris. 
  1907 - Campbell Swinton dan Boris Rosing dalam percobaan terpisah menggunakan sinar katoda untuk mengirim gambar. 
  1927 - Philo T Farnsworth ilmuwan asal Utah, Amerika Serikat mengembangkan televisi modern pertama saat berusia 21 tahun. Gagasannya tentang image dissector tube menjadi dasar kerja televisi. 
  1929 - Vladimir Zworykin dari Rusia menyempurnakan tabung katoda yang dinamakan kinescope. Temuannya mengembangkan teknologi yang dimiliki CRT. 
  1940 - Peter Goldmark menciptakan televisi warna dengan resolusi mencapai 343 garis. 
  1958 - Sebuah karya tulis ilmiah pertama tentang LCD sebagai tampilan dikemukakan Dr. Glenn Brown. 
  1964 - Prototipe sel tunggal display Televisi Plasma pertamakali diciptakan Donald Bitzer dan Gene Slottow. Langkah ini dilanjutkan Larry Weber. 
  1967 - James Fergason menemukan teknik twisted nematic, layar LCD yang lebih praktis. 
  1968 - Layar LCD pertama kali diperkenalkan lembaga RCA yang dipimpin George Heilmeier. 
  1975 - Larry Weber dari Universitas Illionis mulai merancang layar plasma berwarna. 
  1979 - Para Ilmuwan dari perusahaan Kodak berhasil menciptakan tampilan jenis baru organic light emitting diode (OLED). Sejak itu, mereka terus mengembangkan jenis televisi OLED. Sementara itu, Walter Spear dan Peter Le Comber membuat display warna LCD dari bahan thin film transfer yang ringan. 
  1981 - Stasiun televisi Jepang, NHK, mendemonstrasikan teknologi HDTV dengan resolusi mencapai 1.125 garis. 
  1987 - Kodak mematenkan temuan OLED sebagai peralatan display pertama kali. 
  1995 - Setelah puluhan tahun melakukan penelitian, akhirnya proyek layar plasma Larry Weber selesai. Ia berhasil menciptakan layar plasma yang lebih stabil dan cemerlang. Larry Weber kemudian megadakan riset dengan investasi senilai 26 juta dolar Amerika Serikat dari perusahaan Matsushita. 
  dekade 2000- Masing masing jenis teknologi layar semakin disempurnakan. Baik LCD, Plasma maupun CRT terus mengeluarkan produk terakhir yang lebih sempurna dari sebelumnya. 
Memang benar banyak sebagian orang mengatakan kalau gambar yang dihasilkan TV LCD dan Plasma memiliki resolusi yang lebih tinggi. Tetapi kekurangannya adalah masa atau umur TV tersebut tidak dapat berumur panjang jika kita memakainya terus-menerus jika kalau dibandingkan dengan TV CRT atau yang di kenal sebagai Tivi biasa yang kebanyakkan orang pakai pada umumnya.

SEJARAH PERKEMBANGAN TELEVISI 

Pada tahun 1962 menjadi tonggak pertelevisian Nasional Indonesia dengan berdiri dan beroperasinya TVRI. Pada perkembangannya TVRI menjadi alat strategis pemerintah dalam banyak kegiatan, mulai dari kegiatan sosial hingga kegiatan-kegiatan politik. Selama beberapa decade TVRI memegang monopoli penyiaran di Indonesia, dan menjadi “ corong “ pemerintah. Sejak awal keberadaan TVRI, siaran berita menjadi salah satu andalan. Bahkan Dunia dalam Berita dan Berita Nasional ditayangkan pada jam utama. Bahkan Metro TV menjadi stasiun TV pertama di Indonesia yang fokus pada pemberitaan, layaknya CNN atau Al-Jazeera. Pada awalnya, persetujuan untuk mendirikan televisi hanya dari telegram pendek Presiden Soekarno ketika sedang melawat ke Wina, 23 Oktober 1961.
Sulit dibayangkan bagiamana repotnya dan susahnya ketika itu, karena bahkan untuk memlilih peralatan yang mana dari perusahaan apa, masih serba menerka. Dalam perkembangannya, TV swasta melahirkan siaran berita yang lebih variatif. Siaran berita yang bersifat straight news, seperti Liputan 6 (SCTV), Metro Malam (Metro TV), dan Seputar Indonesia (RCTI) tidak jadi satu-satunya pakem berita televisi. Kurang dalamnya straight news disiasati stasiun TV dengan tayang depth reporting, yang mengulas suatu berita secara lebih mendalam. Tayangan itu antara lain Metro Realitas (Metro TV), Derap Hukum dan Sigi (SCTV) dan Kupas Tuntas (Trans TV). Sementara itu, berita kriminal mendapat tempat tersendiri dalam dunia pemberitaan televisi, sebutlah Buser (SCTV), Sergap (RCTI) dan Patroli (Indosiar). Tonggak kedua dunia pertelevisian adalah pada tahun 1987, yaitu ketika diterbitkannya Keputusan Menteri Penerangan RI Nomor : 190 A/ Kep/ Menpen/ 1987 tentang siaran saluran terbatas, yang membuka peluang bagi televisi swasta untuk beroperasi. Seiring dengan keluarnya Kepmen tersebut, pada tanggal 24 agustus 1989 televisi swasta, RCTI, resmi mengudara, dan tahun-tahun berikutnya bermunculan stasiun-stasiun televisi swasta baru, berturut-turut adalah SCTV ( 24/8/90 ), TPI ( 23/1/1991 ), Anteve ( 7/3/1993 ), indosiar ( 11/1/1995 ), metro TV ( 25/11/2000 ), trans TV ( 25/11/2001 ), dan lativi ( 17/1/2002 ). Selain itu, muncul pula TV global dan TV 7. jumlah stasiun televisi swasta Nasional tersebut belum mencakup stasiun televisi lokal – regional..
Maraknya komunitas televisi swasta membawa banyak dampak dalam kehidupan masyarakat, baik positif atau negatif. Kehadiran mereka pun sering menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat. Pada satu sisi masyarakat dipuaskan oleh kehadiran mereka yang menayangkan hiburan dan memberikan informasi, namun di sisi lain mereka pun tidak jarang menuai kecaman dari masyarakat karena tayangan-tayangan mereka yang kurang bisa diterima oleh masyarakat ataupun individu-individu tertentu. Bagaimanapun juga, televisi telah menjadi sebuah keniscayaan dalam masyarakat dewasa ini. Kemampuan televisi yang sangat menakjubkan untuk menembus batas-batas yang sulit ditembus oleh media masa lainnya. Televisi mampu menjangkau daerah-daerah yang jauh secara geografis, ia juga hadir di ruang-ruang publik hingga ruang yang sangat pribadi. Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar hidup ( gerak atau live ) yang bisa bersifat politis, informatif, hiburan, pendidikan, atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. Oleh karena itu, ia memiliki sifat yang sangat istimewa. 
Kemampuan televisi yang luar biasa tersebut sangat bermanfaat bagi banyak pihak, baik dari kalangan ekonomi, hingga politik. Bagi kalangan ekonomi televisi sering dimanfaatkan sebagai media iklan yang sangat efektif untuk memperkenalkan produk pada konsumen. Sementara, bagi kalangan politik, televisi sering dimanfaatkan sebagai media kampanye untuk menggalang masak, contohnya adalah, banyak pihak yang menilai kemenangan SBY di Indonesia dan JFK di Amerika sebagai presiden adalah karena kepiawaian mereka memenfaatkan media televisi. Belakangan, televisi pun sering dimanfaatkan oleh pemerintah sebagai media sosialisasi sebuah kebijakan yang akan di ambil kepada masyarakat luas, seperti yang belakangan adalah sosialisasi tentang kenaikan harga BBM dan tarip dasar listrik. Kehadiran televisi banyak memberi pengaruh positif dalam masyarakat, terutama yang terkait dengan kemampuannya untuk menyebar informasi yang cepat dan dapat diterima dalam wilayah yang sangat luas pada waktu yang singkat. Hasil penelitian MRI ( 2001 ) terhadap para ibu yang diungkapkan oleh Puspito ( Almira-online ) menyebutkan bahwa siaran televisi memberikan dampak positif bagi anak-anak mereka. Diantara dampak positif tersebut adalah menambah wawasan anak, anak menjadi lebih cerdas, anak dapat membedakan yang baik dan jahat, serta dapat mengembangkan keterampilan anak. Dampak negatif yang ia lihat pada anak mereka, yaitu berperilaku keras, moralitas negatif, anak pasif, dan tidak kreatif nilai sekolah rendah, kecanduan menonton, dan perilaku konsumtif. 

• SEJARAH TELEVISI LOKAL
Penyiaran saat ini tidak lagi menjadi monopoli Jakarta. Fenomena menjamurnya televisi lokal di berbagai daerah dapat dijadikan indikator telah menyebarnya sumber daya penyiaran. Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI), sebuah organisasi tempat bergabungnya televisi lokal yang berdiri pada 26 Juli 2002, hingga saat ini telah menghimpun sebanyak 23 industri televisi lokal. Anggotanya tersebar di berbagai daerah di Indonesia, ada Bandung TV di Bandung, Bali TV di Bali, Riau TV di Pekanbaru Riau, dan berbagai daerah lainnya. Belum lagi keberadaan televisi lokal lainnya yang belum terdata sama sekali. Dapat dibayangkan betapa ramainya udara Indonesia di masa yang akan datang dengan maraknya televisi lokal yang akan bermunculan. menggeliatnya perkembangan televisi lokal tidak seindah yang dibayangkan. Televisi lokal yang sudah beroperasi banyak yang berjibaku dengan masalah internalnya, dari persoalan buruknya manajemen, baik manajemen sumber daya manusianya maupun manajemen keuangannya, hingga pada persoalan sulitnya mendapatkan share iklan.
Iklan merupakan masalah tersendiri yang cukup membuat gelisah para pengelola sebagian besar televisi lokal. Potret buruknya sistem manajemen sebagian televisi lokal dapat dilihat dalam peristiwa protes karyawan salah satu televisi lokal yang terjadi di tahun 2005. Protes karyawan dilatarbelakangi karena rendahnya upah yang diterima serta tidak adanya kepastian kerja bagi mereka. Tumpuan harapan 
Publik sesungguhnya menaruh harapan begitu tinggi terhadap televisi lokal. Kehadirannya di belantika penyiaran diharapkan dapat memberi alternatif tontonan dan dapat mengakomodasi khazanah lokalitas yang saat ini kurang tertampung dalam tayangan televisi Zaman telah berubah, konsentrasi media dan pemusatan modal ingin dihilangkan. Walau tidak bisa dilakukan secara langsung, keinginan menyebar sumber daya itu akan dilakukan secara bertahap seiring dengan penataan sistem dan regulasinya. Ini merupakan berkah yang patut disyukuri masyarakat daerah.
Bila keadaan ini terus berjalan sesuai harapan, geliat industri penyiaran di daerah akan berkembang dan orang tidak lagi melihat Jakarta sebagai pusat peradaban penyiaran. Peradaban penyiaran lambat laun akan tumbuh di berbagai daerah. Fenomena ini mungkin hampir sama dengan keadaan pada zaman Yunani kuno. Di sana polis- polis berkembang dan kebudayaan tidak terpusat di suatu tempat. Tanggung jawab pengelola 
Banyaknya masalah yang dihadapi oleh industri televisi lokal menuntut perhatian dan upaya untuk mengatasinya. Hal ini bukan hanya menjadi tanggung jawab regulator penyiaran, melainkan juga menjadi tanggung jawab pengelola televisi lokal itu sendiri. Dari sudut regulator diharapkan ada regulasi atau kebijakan yang memihak terhadap tumbuhkembangnya televisi lokal. 
Pemihakan itu kemudian dituangkan dalam produk peraturan. Dari sisi televisi lokal, harus segera dilakukan upaya, antara lain pertama, televisi lokal harus mampu menciptakan keunikan dari program siaran yang dikelolanya. Bila hal ini dapat dilakukan, setidaknya televisi lokal dapat membangun posisi tawar di hadapan televisi Jakarta dan dapat meraih pemirsa daerah yang selama ini menjadi penonton loyal televisi local. Bila televisi lokal telah menjadi tuan rumah di daerahnya sendiri, rasanya cita-cita mewujudkan sistem penyiaran nasional yang berkeadilan bukanlah sebuah impian yang utopis. 
Pada era otonomi daerah, peran media massa makin urgen. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 yang direvisi menjadi Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah lebih menitikberatkan pada partisipasi dan kontrol masyarakat serta pemberdayaan institusi lokal. Salah satu upaya yang harus dilakukan demi suksesnya otonomi daerah adalah mengoptimalkan peran institusi lokal nonpemerintah, seperti media massa. Strategi komunikasi yang berkembang pun tidak lagi centrist vertical seperti pada masa Orde Baru. Pada masa itu, media massa hanya menjadi corong komunikator puncak yang duduk di jabatan tertinggi pemerintahan sehingga informasi yang beredar pun hanya untuk kepentingan pemerintahan. Sementara itu, masyarakat diposisikan hanya sebagai komunikan yang dijejali dengan berbagai propaganda. Di Indonesia saat ini sudah berkembang startegi komunikasi two way traffic yang dalam pandangan Peterson dan Burnett, telah terjadi komunikasi vertikal downward communication dan upward communication. 
Realitas tersebut merupakan angin surga bagi kehidupan media massa di tanah air. Setidaknya, media massa pada orde ini dapat lebih memberdayakan dirinya sembari tetap mempertahankan empat fungsi pokoknya, yakni, memberikan informasi (to inform), menjadi media pendidikan (to educate), sarana hiburan bagi masyarakat (to entertain), dan kontrol sosial (social control). Keempat fungsi pokok tersebut harus dikayuh dalam bingkai-bingkai norma yang berlaku, baik norma hukum, norma agama, norma susila, maupun norma kesopanan.
Berikut adalah daftar stasiun televisi di Indonesia.Daftar isi [sembunyikan]
1 Televisi nasional 
1.1 Perkembangan stasiun televisi nasional di Indonesia
2 Televisi khusus
3 Televisi lokal
4 Televisi berbayar
5 Lihat pula
6 Pranala luar


Televisi nasional
1.Cakrawala Andalas Televisi (antv)
2.Global TV
3. Indosiar Visual Mandiri (Indosiar)
 4. tvOne
5. MetroTV
6. Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI)
7. Surya Citra Televisi (SCTV)
8. Televisi Pendidikan Indonesia (TPI)
9.Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV)
10.Trans 7
11.Televisi Republik Indonesia (TVRI)
12.Elshinta TV (ElshintaTV)






Perkembangan stasiun televisi nasional di Indonesia

 

 Televisi khusus
-Televisi Edukasi (TV E)
-Swara
- QTV

Rabu, 04 Juni 2008

Magazin Film

Kamera Film atau motion picture camera dipakai untuk memotret gambar satu persatu dengan kecepatan yang teratur. Pemotretan yang dimaksud mempunyai prosedural sama dengan cara yang dilakukan oleh kamera still foto. Perbedaannya adalah pada hasil di mana foto dilihat sebagai barang cetakan tapi dalam bentuk proyeksi ke layar.Pemotretan dengan kecepatan teratur diberdayakan untuk proyeksi. Misalnya gambar bergerk normal jika dipotret sebanyak 24 gambar per detik. Jika kurang atau lebih kecepatannya yang didapat adalah gerak tak normal.Gambar yang diputar berurutan menghasilkan ilusi akibat kerja kamera yang pada prinsipnya berhubungan dengan persistence of vision dan intermittent movement.Pilih menu berikut untuk mengerti bagaimana prinsip kerja kamera film:A. Prinsip KerjaB. Intermittent MovementC. Persistence of VisionA. Prinsip KerjaPrinsip kerja kamera film itu dibangun oleh mekanisme yang disebut intermittent movement. Sebelumnya perlu dijelaskan beberapa pengertian menyangkut bagian dari mekanisme agar lebih mudah mengetahui prinsip kerja kamera film.Berikut adalah penjelasan tentang tentang:

1. Shutter
2. Claw
3. Baterai

1. Shutter Shutter kamera film berfungsi untuk menutup dan membuka lubang masuk cahaya ke film yang dihadapkan ke aperture atau camera gate.Karena fungsinya itu, shutter umumnya berbentuk busur berporos untuk melakukan rotasi. Karena itu disebut rotating disk dengan cut out 180 derajat.Pelaksanaan fungsi terjadi sewaktu berputar. Ketika membuka film dicahayai dan ketika menutup film berganti.Karena itu perlu dijelaskan fungsi komponen lain claw yang akan dijelaskan lebih lanjut.
2. Pull Down ClawClaw atau pull down claw berfungsi untuk menarik film dari dan ke camera gate. Proses kerjanya unik karena bekerja ketika shutter menutup sehingga film yang sudah dicahayai dan fil baru tidak terkena sinar.Film yang mendapat giliran dicahayai ditekan oleh pasak pengerat lalu mengendur ketika shutter menutup kemudian dikait oleh claw.Cara kerja pull down claw adalah mengait frame film pada sprocketnya seperti cara burung pelatuk.
3. BateraiSumber daya yang menggerakkan kamera film adalah listrik yang diubah menjadi arus searah. Fungsi itu diambil alih baterai karenalebih mudah membawanya.

B. Intermittent Movement Pengertian Intermittent Movement dibangun oleh diantaranya seperti dijelaskan dalam prinsip kerja tadi, dan:

1. Frame
2. Perforasi/Sprocket
3. Magazin
4. Loop, serta
5. Pilot pin

1. FrameSifat intermittent movement berhubungan dengan framing yang dilakukan oleh aperture. Setiap kamera membuat frame sesuai ukurannya. Frame motion picture yang umum adalah 35 mm dan 16 mm. Untuk pemakainan khusus ada yang berukuran 8 mm dan 70 mm.
2. Sprocket Sprocket atau perforasi adalah lubang-lubang di tepi frame yang berguna untuk sangkutan claw ketika bekerja menarik film.
3. Magazin adalah tempat menyimpan film. Prinsipnya mengambil tugas darkroom. Film aman di dalamnya. Magazin memasok dan menyimpan film setelah dicahayai.
4. LoopBila kita memasang film di proyektor, dianjurkan membuat loop agar tarikan film lentur. Nampaknya hal ini disebabkan ketika memasang film ke camera gate dengan cara yang sama. Jadi agar film lentur ditarik dari magazin maka looping mutlak berlakunya.
5. Pilot PinPilot Pin atau registration pin adalah alat yang bertugas mengarahkan film yang akan dicahayai dengan bekerjasama dengan claw.Perlu diingat bahwa bila semua komponen yang disebut di atas dimiliki oleh semua jenis kamera, tapi untuk pilot pin hanya beberapa jenis saja yang menggunakannya. Pada dasarnya, tanpa pin, film akan bergerak menurut azas intermittent.Sayangnya bila ada kecerobohan ketika looping maka film tanpa pilot akan berputar terus sampai kusut.

C. Persitence of VisionAkhirnya pengertian terhadap persistence of vision dibangun oleh sifat motion picture atau bioskop. Maksudnya, seperti menonton film, adapun gambar yang sampai di mata adalah gambar yang sudah tergulung di rel karena sudah tinggal kesan akibat diilusikan oleh proyeksi.Fenomena ini terjadi karena cepatnya frame berganti (1/50 detik) mengakibatnya memori lama yang tersimpan diotak belum hilang muncul memori baru sudah menggantikannya, sehingga persambungan frame tidak lagi dapat dilihat mata.Rumus fisika sesungguhnya adalah "persistence of vision with regard no moving object" atau sering disebut ilusi.Tak heran bila sering disebut istilah "tipuan mata" atau trick dalam pembuatan film yang pada dasarnya menciptakan kesan sesungguhnya padahal sudah berlalu

Label Film 

Di Indonesia saat ini tidak ada aturan baku mengenai pelabelan terhadap titel-titel hiburan seperti acara televisi, film atau permainan. Walaupun mungkin ada, tetapi saya tidak melihat aturan-aturan tersebut ditegakkan. Dulu, setiap film yang diputar di bioskop memiliki rating: semua umur, 13 tahun ke atas atau 17 tahun ke atas. Walaupun demikian saya tidak pernah melihat aturan-aturan tersebut diikuti oleh para penonton, masih banyak penonton di bawah usia yang memasuki ruang bioskop yang memutar film dewasa. Dan akhir-akhir ini saya juga tidak melihat adanya pelabelan tersebut pada film-film yang diputar di bioskop.

Jika bukan orang tua, siapa lagi yang dapat mengawasi jenis hiburan yang dikonsumsi oleh anak-anaknya? Jika anda memiliki anak, cobalah beri pengertian terhadap jenis-jenis pelabelan supaya anak anda dapat mengetahui titel-titel mana saja yang pantas dikonsumsi olehnya. Berikut ini adalah jenis-jenis pelabelan media hiburan yang perlu anda semua perkenalkan kepada anak-anak anda.


Acara Televisi

Beberapa stasiun televisi saat ini menggunakan label pada acara-acara yang tidak pantas untuk dikonsumsi oleh anak-anak di bawah umur. Label ini biasanya diletakkan pada pojok kiri atas atau kanan atas layar televisi. Sayangnya pelabelan ini dilakukan secara sukarela oleh stasiun televisi dan tidak ada standardisasi antara stasiun televisi.

BO (bimbingan orang tua). Temanilah anak-anak anda dalam menonton acara televisi yang memiliki label BO. Berilah anak-anak anda informasi secukupnya selama mereka menonton acara televisi tersebut. 
DW, 17 atau 17+ (khusus dewasa). Jangan izinkan anak-anak anda yang masih di bawah umur (di bawah 17 tahun) untuk menonton tayangan yang memiliki label tersebut. Gantilah saluran televisi jika anak-anak anda tetap ingin menonton televisi. 
Film Pada DVD, VCD, Laserdisc atau Kaset Video


Kebanyakan DVD dan VCD film yang beredar di pasaran saat ini tidak diimpor secara legal, sehingga proses masuknya titel-titel itu pun tidak melalui Badan Sensor Film. Walaupun demikian, sebagian besar titel-titel bajakan tersebut memiliki sampul yang sama dengan titel aslinya yang menyertakan pelabelan dari MPAA. Pada DVD, label biasanya diletakkan di bagian bawah dari sampul belakang DVD.

Ada lima jenis pelabelan dari MPAA:

G - General Audiences. Film ini dapat dinikmati oleh semua umur, termasuk anak anda. 
PG - Parental Guidance Suggested. Beberapa bagian tidak pantas dikonsumsi oleh anak-anak. Sebaiknya temani anak-anak anda selama menonton film ini. 
PG-13 - Parents Strongly Cautioned. Beberapa bagian tidak pantas dikonsumsi oleh anak-anak di bawah 13 tahun. Laranglah anak-anak anda yang di bawah 13 tahun untuk menonton film ini. 
Rated R - Restricted. Temanilah anak-anak anda yang di bawah 17 tahun selama menonton film dengan label ini. 
Rated NC-17. Laranglah anak-anak anda yang di bawah 17 tahun untuk menonton film dengan label ini. 
NR - Not Rated. Film ini belum sempat diberi label oleh MPAA. Carilah informasi mengenai label film ini dari situs web seperti IMDB sebelum mengizinkan anak anda menonton film ini. Jika tidak ada atau belum ada label, sebaiknya anda coba dahulu menonton tayangan ini sendiri tanpa anak anda atau hindari anak-anak anda menonton film ini. 
Film Bioskop

Walaupun sudah melalui penyensoran oleh Badan Sensor Film, tayangan-tayangan film di bioskop seringkali tidak menyertakan label. Untuk itu sebaiknya carilah dahulu informasi mengenai film ini di IMDB. IMDB memiliki informasi dari berbagai negara, dan terkadang pelabelan dari setiap negara berbeda-beda. Pilihlah pelabelan dari negara-negara yang memiliki kultur yang mirip dengan Indonesia, misalnya Singapura atau Malaysia.

Video Games

Kasus yang paling parah menurut saya adalah video game. Orang tua sepertinya masih berangggapan bahwa video game adalah jenis hiburan khusus anak-anak. Padahal sangat banyak titel-titel video game yang diperuntukkan untuk kalangan dewasa dan titel-titel ini sangat laku keras di kalangan anak-anak. Di Indonesia, titel-titel video game saat ini juga sama sekali tidak tersentuh oleh regulasi.

Ada dua organisasi yang melakukan pelabelan pada video game, ESRB di Amerika Serikat dan PEGI di Uni Eropa.


Pelabelan oleh ESRB dilakukan pada sampul depan dan sampul belakang video game. Pada sampul depan dicantumkan label misalnya ‘Teen’ pada bagian kiri bawah atau kanan bawah. Sedangkan pada sampul belakang dicantumkan keterangan lebih lengkap dari pelabelan tersebut pada kiri bawah atau kanan bawah. Pelabelan dari ESRB adalah:

eC (Early Childhood): Isi video game ini cocok untuk anak-anak dari 3 tahun sampai 10 tahun. 
E (Everyone): Isi video game cocok untuk anak-anak 6 tahun ke atas. 
T (Teen): Isi video game cocok untuk 13 tahun atau lebih. 
M (Mature): Isi video game cocok untuk 17 tahun atau lebih. 
AO (Adults Only): Isi video game hanya cocok untuk orang dewasa, tidak cocok untuk orang di bawah 18 tahun. 
RP (Rating Pending): Produk ini belum diberi label oleh ESRB. Biasanya label ini diletakkan pada situs web atau iklan mengenai sebuah produk game yang belum dirilis.



Magazine adalah tempat untuk menyimpan film.Prinsipnya mengambil tugas darkroom.Film aman di dalamnya.Magazine memasok dan menyimpan film setelah di cahayai.

Mengkoodinir dan Mengisi Stok Film


ELEMEN KOMPETENSI
KRITERIA UNJUK KERJA
01 Mengisi dan memelihara batery selama pembuatan film
1.1. Dipastikan bahwa sumber tenaga cukup dan tersedia.
1.2. Alat pengisi dipastikan sesuai dengan batery yang digunakan.
1.3. Pengisian batery dengan aman menurut rekomendasi perusahaan.
1.4. Batery yang sudah diisi dipelihara untuk memenuhi syarat pengambilan gambar.
1.5. Pemberian label batery menurut setatusnya.
02 Mengkoordinasikan stok film dan peralatan yang digunakan untuk pembuatan film
2.1. Koordinasi dengan personil yang terkait.
2.2. Kepastian jadwal pembuatan film dan rasiopersonil yang relevan.
2.3. Pemilihan stok film yang benar dan peralata lain untuk meyakinkan bahwa stok ada dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jadwal produksi.
2.4. Kelengkapan stok yang diperlukan dan yakinkan adanya waktu pengambilan film.
2.5. Kepastian stok film dan nomer golongan ‘batch’ cocok dengan persyaratan.
2.6. Pencatatan dengan cermat pencampuran kelompok dan jumlah strip.
2.7. Penyimpanan dan pengepakan stok film untuk
menghindari kerusakan dan lindungi terhadap bahaya lingkungan.
2.8. Labelisasi kaleng film dengan cermat. Page 2
2.9. Pemantauan stok mengenai tanggal kedaluwarsanya.
2.10. Dokumentasi catatan stok dengan cermat dan dapat dibaca.
2.11. Pelengkapan lembar laporan kamera dengan cermat, terbaca dan sesuai dengan skedul.
2.12. Dokumentasi dan pengelompokkan stok yang digunakan selama produksi.
2.13. Pemantauan stok dan pemberitahuan pada personil yang relevan untuk meyakinkanbahwa
stok masih tersedia cukup selama produksi.
03 Menyimpan magazin
dengan film
3.1. Pemeriksaan magazin untuk menyakinkan bahwa magazin tahan terhadap sinar dan masih dapat dioperasikan sebelum disimpan.
3.2. Pembersihan magazin film dan dipastikan magazin bersih sebelum disimpan.
3.3. Dipastikan bahwa ruang/tas penyimpan tahan sinar dan bahwa pencampuran sisi film dapatdikenali di tas atau ruang anti cahaya.
3.4. Identifikasi stok dan nomer kelompok film dengan benar sebelum diikat dan disimpan.
3.5. Penggunaan tanda ujung selama pengambilan gambar untuk menghindari tindakan berakibat
sia-sia.
3.6. Perhatikan sumber, baca dan pahami buku panduan dan melakukan penjilidan bilamana
perlu.
3.7. Labelisasi magazin dengan mempertimbangkankerugian terhadap kondisi cuaca, bahaya
lingkungan dan prosedur penanganan yang benar.
3.8. Pengurutan sejumlah magazin untuk keperluan persyaratan pembuatan film.
3.9. Perhatian terhadap masalah dan kerusakan dan dilakukan tindakan perbaikan yang sesuai.
3.10. Pelengkapan dokumen dan dipastikan dokumen
cermat dan dapat dibaca. Page 3
04 Memasang magazin pada kamera
4.1. Bersihkan kamera untuk memastikan kamera bebas debu, pasir dan benda asing lainnya dan periksa semua fungsi dapat dioperasikansebelum menampilkan film.
4.2. Simpan magazin yang sudah dipasang padakamera yang diperlukan.
4.3. Pemasangan kamera dengan memberi perhatianpada kerugian karena cuaca, bahaya lingkungandan prosedur penanganan untuk menghindari
kerugian selama pengikatan.
4.4. Koordinasi terus menerus dengan personil yang relevan dan pahami dan pastikan persyaratan
film selama pembuatan film.
05 Melepas film dari magazin
5.1. Dipastikan ruang penyimpan/tas anti cahaya.
5.2. Pemilihan jenis dan ukuran kaleng film untuk penyimpanan digudang dan transportasi film
yang ditayangkan.
5.3. Penyimpanan film dan labelisasi kaleng film, dengan memberi pertimbangan pada kerugian
akibat cuaca, bahaya lingkungan dan prosedur penanganan yang benar untuk menghindari kerusakan selama pengoperasian.
5.4. Penggunaan isolatip pada kaleng film dengan aman untuk melindungi dari cahaya.
5.5. Pembersihan magazin film dan dipastikan magazin bersih sebelum disimpan.
06 Menyiapkan dan mengirim film sebelum proses
6.1. Koordinasi dengan personil terkait dan pastikan persyaratan alur waktu selama proses dan pengembalian film.
6.2. Pencatatan kelompok film dan jumlah strip.
6.3. Penggabungan dengan jelas dan cermat laporan dan dokumen khususnya laporan film gambar.
6.4. Pengiriman film ke lab yang masih dalam batas tanggal untuk segera diproses.
6.5. Pemberian instruksi pemrosesan dengan jelas pada lab untuk meyakinkan bahwa proses
dilakukan menurut batas tanggal perusahaan.
6.6. Kepastian dan pertimbangan kemampuan lab untuk memenuhi batas tanggal jadwal produksi.
6.7. Informasi kepada personil yang relevan tentang harapan terhadap film yang diproses sesuai
dengan urutan waktu.
BATASAN VARIABEL
1. Lingkungan dimana multi kamera televisi digunakan meliputi:
1.1. Pada lokasi - interior
1.2. Pada lokasi - eksterior
1.3. Pada siang hari
1.4. Pada malam hari
2. Pengambilan gambar meliputi:
2.1. Penggunaan kamera tunggal
2.2. Penggunaan kamera multi
3. Jenis - jenis produksi meliputi:
3.1. Feature film
3.2. Dokumentasi
3.3. Film pendek
3.4. Produksi beranimasi
3.5. Iklan
3.6. Peristiwa atau kemampuan yang difilmkan
4. Jenis-jenis film meliputi:
4.1. Warna
4.2. Stok film
4.3. Hitam putih
4.4. Stok mundur
5. Persyaratan penyimpanan meliputi:
5.1. Ruang Gelap
5.2. Tas Pengganti
6. Dokumentasi meliputi:
6.1. Permintaan stok
6.2. Laporan stok
6.3. Laporan Kesalahan
6.4. Label kaleng film
6.5.Label magazin film
6.6. Instruksi proses lab
6.7. Jadwal produksi
6.8. Laporan klise gambar
7. Laporan dapat :
7.1. Dibuat dengan komputer
7.2. Ditulis tangan
8. Pengetesan kamera meliputi :
8.1. Pengecekan panjang tempat ukuran
8.2. Jalur film dan akurasi pengikatan
8.3. Pelurusan ikatan
8.4. Perputaran lambat dan perputaran cepat
9. Personel yang terkait meliputi:
9.1. Supervisor
9.2. Kepala bagian
9.3. Pengarah fotografi
9.4. Sutradara
9.5. Operator kamera Page 6
9.6. Penarik fokus
9.7. Pengarah teknik
9.8. Staf teknik lain
9.9. Staf spesialis lain
9.10. Staf lab
PANDUAN PENILAIAN
1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang
Penilaian harus meliputi bukti pengetahuan utama dan keterampilan dalam
bidang-bidang berikut:
1.1. Jenis film dan karakternya – hitam dan putih/ warna, kepekaan cahaya,
misalnya kecepatan dan ruang gerak, persyaratan temperatur.
1.2. Perbedaan format film dan kegunaannya.
1.3. Prinsip penanganan film dan penyimpanannya.
1.4. Prosedur pengendalian stok, khususnya berkaitan dengan jenis-jenis
barang yang mudah rusak.
1.5. Efek cahaya pada film yang tidak ditayangkan dan yang ditayangkan.
1.6. Ragam peralatan kamera.
1.7. Kompatibilitas jenis film pada peralatan kamera.
1.8. Pengertian prinsip fotografi secara luas seperti penayangan, hubungan
tonal, sumber cahaya, keseimbangan dan warna temperatur dan
kompensasi.
1.9. Pengertian proses pengoperasian lab secara luas.
1.10. Prinsip pengaturan waktu dan koordinasi fungsi pekerjaan pada skedul
kerja yang ketat.
2. Konteks penilaian
2.1. Penilaian dapat terjadi pada pekerjaan, diluar pekerjaan atau campuran
keduanya. Tetapi, penilaian pada unit ini akan sangat efektif dilakukan
pada pekerjaan sebab adanya persyaratan lingkungan kerja yang
spesifik.
2.2.
Penilaian diluar kerja harus dilakukan pada lingkungan kerja yang
mendekati tempat kerja yang disimulasikan mendekati tempat kerja. Page 7
2.3. Metode penilaian harus meliputi pengamatan kemampuan selama
praktek demo. Pengamatan langsung memerlukan kejadian lebih dari
satu untuk menetapkan konsistensi kemampuan. Serangkaian metode
untuk mengakses penerapan pengetahuan pendukung utama harus
menyokong dan mungkin meliputi :
2.3.1. Contoh kerja atau kegiatan kerja yang disimulasikan
2.3.2. Pertanyaan lesan/wawancara
2.3.3. Proyek/laporan/buku catatan kemajuan
2.3.4. Laporan pihak ketiga dan prestasi otentik sebelumnya
2.3.5. Bukti penilaian
3. Aspek penting penilaian
Karena persyaratan utama dalam koordinasi stok video adalah koordinasi
dokumen, penilaian seharusnya memberi perhatian pada produksi serangkaian
dokumen yang relevan yang meliputi :
3.1. Pemberian label kaleng film yang ditayangkan Stok rekaman
3.2. laporan klise gambar
3.3. Catatan manajemen produksi
3.4. Catatan stok
4. Kaitan dengan unit-unit lainnya
4.1 Keterkaitan unit kompetensi untuk penilaian akan bervariasi dengan
project atau scenario tertentu. Unit ini penting untuk suatu range
pelayanan teknologi Informasi dan oleh karena ituu harus dinilai secara
keseluruhan dengan unit technical/support.
4.2 Pengembangan pelatihan untuk memenuhi persyaratan dalam unit ini
perlu dilakukan dengan hati-hati. Untuk pelatihan pra-kejuruan umum,
institusi harus menyediakan pelatihan yang mempertimbangkan
serangkaian konteks industri seutuhnya tanpa bias terhadap sektor
tertentu. Batasan variabel akan membantu dalam hal ini. Untuk sektor
tertentu/ khusus, pelatihan harus disesuaikan agar dapat memenuhi
kebutuhan sektor tersebut.

Minggu, 04 Mei 2008

1. Menu yang terdapat pada kamera MD 10000 yaitu :

BASIC - Date/Time - OFF
D/T
DATE
ADVANCE - BLANK SEARCH
REC SPEED
REC STDBY
REC DATA
REPEAT PLAY
SETUP - 12 bit Audio -ST1
ST2
Audio Out - Stereo
L
R
DISPLAY - ON
OFF
REMOT - OFF
VCR
VCR2
LCD Set - Yes
No
LANGUAGE - English - China
Jepang - Arab
Iran - Español

2. Cara membersihkan Head Kamera
1. Sediakan kaset mini DV cleaner
2. Nyalakan kamera yang hendak di clean
3. Masukkan kaset kedalam tempat kaset
4. Pilih mode VCR
5. Jika kaset telah di rewind sebelumnya, langsung tekan Play.
6.Tunggu hingga proses selesai.
7. Jika telah selesai, keluarkan kaset, dan kamera siap untuk digunakan.
8. Besarnya zoom yang ada pada kamera MD 10000 yaitu :

3. 500x Digital Zoom dan 10x Optical Zoom

4. Connector yang ada dikamera ini yaitu :
- Port DV
- Port S Video
- Port Kabel Video
- Port Audio - L
- R
- Port Speaker input
- Port Speaker Output

5. Cara memasukkan kaset kedalam kamera yaitu :
a. Nyalakan kamera
b. Buka Tutup tempat kaset tunggu hingga tempat yang di dalam keluar
c. Jika telah keluar, masukkan kaset yang berlubang dibagian bawah, atau anak panah mengarah kebawah. Lalu tekan kesamping. Jangan sekali kali menekannya kedalam, karena dapat menimbulkan karusakan.
d. Tunggu hingga masuk kedalam
e. Setelah masuk, tutup kembali tempat kaset tersebut.

Senin, 21 April 2008



Duh temen2q yg baek2 tapi lembo,Q cuMa Mw peseN

JadiKan M2 Kelas yg kompak

Jangan pernah ada permusuhan di antara kita OK !!!

Buat apa Hidup

Sahabat, benarkah teman sejatiku...?
Apakah kau selalu ada buatku....
Terlalu bodoh aku ucapkan kata serperti itu..
Awalnya ku berfikir...
Sahabat itu hidupku,mereka adalah nyawaku
Tapi kenyataannya...!!!!
Mereka tak seperti yg kukira
Apa mungkin mereka malu punya sahabat kaya aku
Apa mungkin mereka udah capek berteman sama aku
Sahabat......
Ku lelah tuk berharap

Rabu, 16 April 2008

UNTUK MU.....SAYANG....
apa yang kmu ucapkn benar adanya
tak slamanya kau kn ada di sampingku
tak slamanya kau kn ada saat ku butuhkan
dan tak slamanya ku dpat brmanja2 dg mu...

sedikit banyak diriku dapt mulai memahami dirimu
walaupn begitu tiada kecewa ku rasakn
mencoba memahami dirimu
karna kita masih memilki hati dan pikiran

tak trlintas di benakku walau sedikitpun
untuk melepaskan tali prsahabatan kita
karna sebaris kata darimu selalu trngiang d telingaku..

butuh sedetik untuk tertarik padamu
butuh semenit untuk menyukaimu
butuh sejam untuk tertarik padamu
butuh sehari untuk mencintaimu
tapi aku juga butuh waktu seumur hidup untuk menyayangimu

andai waktu bisa ku hentikan
andai aku punya pilihan, sehingga bisa kembali
pada saat me...........

Jumat, 11 April 2008

mey



CARA MEMBUAT SHOUTBOX

07

Cara Membuat Kotak Ngoceh (Shout Box)

Kotak ngoceh atau istilah lainnya shout box, Say Box, Tag Board, dan Chatter Box adalah suatu kotak yang berfungsi untuk mengirimkan pesan-pesan pendek, namun bisa juga berfungsi sebagai tempat ngobrol (chatting). Dengan shoutbox, kita juga bisa mempromosikan blog kita, misalnya nih, kita datangi blog orang yang menyediakan kotak ini kemudian kita kasih komentar atau cuma sekedar salam di shoutbox mereka, lalu yang punya blog akan melihat di shoutbox, biasanya meraka akan balas mengunjungi blog kita. Nha gitu ceritannya. Biasanya kotak ngoceh diselipkan kedalam halaman web/blog dengan bahasa java Script. Bagi kamu yang jago pemrograman java script mungkin bisa membuatnya sendiri dengan membuat kode-kode yang memusingkan kepala. Namun buat kamu yang nggak jago nggak usah kuatir karena sekarang ini banyak situs internet yang menyediakan layanan ini, salah satunya yaitu Shoutmix . Caranya adalah sebagai berikut :

1. Buka situs Shoutmix Kamu harus mendaftar di situs tersebut, cara daftarnya gampang kok.
2. Jika pendaftarannya berhasil kamu langsung disuruh milih type shoutbox yang disediakan, terserah kamu milih bentuknya yang gimana. Klik tombol Continue
3. Setelah itu kamu akan mendapat ucapan "Terima Kasih" lalu klik link Go to My Control Panel Now
4. Disitu kamu bisa mensetting terlebih dahulu shoutbox kamu, misalnya Style & Color, Date & Time, dan lain-lain.
5. Jika sudah selesai klik menu Get Codes
6. Jika kamu pingin menaruh shoutbox di blog kamu pilih "Place Shoutbox on Webpage"
7. Atur lebar dan tinggi shoutbox di kolom widht dan hight
8. Kemudian Copy kode yang ada di dalam kotak "generated Codes"
9. Login ke blogger.com lalu pilih Layout kemudian Add Page Elements
11. Tambahkan element HTML/Javascript.
12. Paste Kode yang telah kamu copy dari shoutbox.com tadi di kotak "Content" lalu simpan.
13. Jadi deh.....

Senin, 24 Maret 2008

Camera Angle

CA merupakan teknik pengambilan dari sudut pandang tertentu untuk mengekpose adegan.

1.Bird Eye View
Adalah merekam gambar dari sudut atas obyek sehingga obyek terlihat dari bagian atas.

2.Frog Eye Level
Kebalikan dari High Angle/BEV yaitu mengambil gambar dari sudut bawah.

3.Eye Level/Profil Shot
Adalah standar pengambilan gambardengan ketinggian relatif sedang artinya kamera memiliki ketinggian yang hampir sama dengan obyek.

4.Artificial Shot
Artificial Shot dimaksudkan untuk memperindah shot sehingga lebih bernuansa seni. AS biasanya digunakan untuk mengambil suasana alam terbuka. Pemberian aksen dedavran atau rumput di depan lensa mengesankan gambar terlihat dinamis.

5.Back Light Shot
Adalah pengambilan gambar yang dilakukan dengan posisi kamera berhadap secara frontal dengan sumber cahaya di depannya. Sehingga memungkinkan terekamnya Siluet Talent.

Type of Shot

ECU (Extrim Clouse Up)
Teknik pengambilan gambar dg framing lebih memusat pada objek/bagian tubuh yang mendukung informasi dalam alur cerita.

CU (Close Up)
Adalah pengambilan gambar,dimana kamera berada dekat dengan subjek sehingga gambar yang dihasilkan memenuhi "FRAME".

MCU(Medium Clouse Up)
MCU adalah pengambilan gambar dengan komposisi Framing subjek lebih jauh dari Clouse Up, tetapi lebih dekat dari Medium Shot.

MS (Medium Shot)
MS merupakan teknik merekam gambar kurang lebihsetengah bagian. Hal ini dimaksudkan untuk memperlihatkan detail subjek dan memberi ruang pandang.

FS (Full Shot)
FS memungkinkan pengambilan gambar dilakukan pada subjek secara utuh dari kepala hingga kaki.

MLS (Medium Long Shot)
Framing kamera dengan mengikutsertakan setting sbg pendukung suasana.

LS (Long Shot)
LS merupakan shot dengan ukuran framing yang memiliki ruang pandang lebih lebar dari MLS.

ELS (Ekstrin Long Shot)
Pengambilan gambar sehingga artis/subjek hampir tidak terlihat. Disini setting ruang sangat berperan, dimaksudkan untuk mempertegas atau membantu imajinasi ruang cerita.

Selasa, 04 Maret 2008

sweetyQ



jenis produksi

1.FILM DOKUMENTER
Film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan kenyataan. Istilah "dokumenter" pertama digunakan dalam resensi film Moana (1926) oleh Robert Flaherty, ditulis oleh "The Moviegoer", nama samaran John Grierson, di New York Sun pada 8 Februari 1926.
Di Perancis istilah dokumenter digunakan untuk semua film non-fiksi, termasuk film mengenai perjalanan dan film pendidikan. Berdasarkan definisi ini, film-film pertama semua adalah film dokumenter. Mereka merekam hal sehari-hari, misalnya kereta api masuk ke stasiun. pada dasarnya, film dokumenter merepresentasikan kenyataan. Artinya film dokumenter berarti menampilkan kembali fakta yang ada dalam kehidupan.2.KOMERSIAL(IKLAN)
Pada iklan yang komersial, iklan tersebut berfungsi sebagai penarik perhatian khalayak yang mempengaruhi mereka untuk membeli produk tersebut. Hampir sama dengan iklan komersial, iklan non-komersial juga berfungsi untuk menarik perhatian khalayak supaya menggunakan atau melakukan apa yang ada dalam iklan tersebut.
3.VIDEO MUSIK
Video musik adalah sebuah film pendek atau video yang mengambil latar belakang musik, biasanya sebuah lagu. Umumnya, lagu yang dibuatkan video musik merupakan singel dan dibuat untuk tujuan komersial.
4.JENIS PRODUKSI TELEVISI
a.MusikMusik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang. Definisi sejati tentang musik juga bermacam-macam:
Bunyi yang dianggap enak oleh pendengarnya
Segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau kumpulan dan disajikan sebagai musik
Beberapa orang menganggap musik tidak berwujud sama sekali.
Musik menurut Aristoteles mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme.
b.Drama
Drama (Yunani Kuno δρᾶμα) adalah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor. Kosakata ini berasal dari Bahasa Yunani yang berarti "aksi", "perbuatan".
Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media: di atas panggung, film, dan atau televisi. Drama juga terkadang dikombinasikan dengan musik dan tarian, sebagaimana sebuah opera (lihat melodrama).
c.Variety ShowA variety show or variety entertainment is an entertainment made up of a variety of acts, especially musical performances and comedy skits, and normally introduced by a compère or host. The variety format made its way from stage to radio to television. Variety shows were a staple of English-language television from its early days into the 1970s, and lasted into the 1980s, but are now reduced to the level of the occasional special. In several parts of the world, variety TV remains popular and widespread.
d.Olahraga
Olahraga adalah aktivitas untuk melatih tubuh seseorang, tidak hanya secara jasmani tetapi juga rohani (misalkan catur).
5.PRODUKSI TELEVISI LANGSUNG,TUNDA,ATAU ULANG
6.FILM PENDEK
Film Pendek : Film yang pendek artinya memiliki waktu yang singkat
7.PRODUKSI ANIMASIBagian yang memiliki tugas membuat, mngolah, dan memperbanyak animasi(gambar bergerak 2D/3D)8.FEATURE FILMRangkaian tayangan visual yang menggambarkan bagian dari naskah/cerita film9. PERISTIWA ATAU PENAMPILAN YANG DIFILMKAN

dikutip dari www.google.com